Rabu, 30 Maret 2016

Arun NGL dan Warisan Alam Lhokseumawe
 
( Suasana PT. Arun NGL pada sore menjelang malam hari

Lhokseumaweheritage.com : PT Arun NLG yang terletak di Blang Lancang Kota Lhokseumawe, pada 24 Oktober 1971, gas alam yang terkandung di bawah Gampong (desa) Arun ditemukan dengan perkiraan cadangan mencapai 17,1 trilyun kaki kubik. Seluruh masyarakat Aceh juga mengetahui bahwa PT Arun tersebut merupakan perusahaan gas raksasa di Aceh, namun mereka tidak tau bahwa PT Arun juga memeras seluruh isi bumi baik gas, kondensat, sulfur, mercury dan lain lain. Hari itu merupakan hari ke-73 sejak uji eksplorasi yang dipimpin Bob Graves, pimpinan eksplorasi Mobil Oil di Aceh, dimulai. Pada tahun 1972 ditemukan sumber gas alam lepas pantai di ladang North Sumatra Offshore (NSO) yang terletak di Selat Malaka pada jarak sekitar 107,6 km dari kilang PT Arun di Blang Lancang. 

Selanjutnya pada tahun 1998 dilakukan pembangunan proyek NSO “A” yang diliputi unit pengolahan gas untuk fasilitas lepas pantai (offshore) dan di PT Arun. Fasilitas ini dibangun untuk mengolah 450 MMSCFD gas alam dari lepas pantai sebagai tambahan bahan baku gas alam dari ladang arun di Lhoksukon yang semakin berkurang. Tanggal 16 Maret 1974, PT Arun didirikan sebagai perusahaan operator. Kandungan gas mencapai 17,1 trilyun kaki kubik dengan tekanan 499 kg/cm, suhu 177 °C, dan ketebalan 300 meter. Jumlah tersebut diperkirakan akan dapat mensuplai enam unit dapur pengolahan (train) dengan kapasitas masing masing 300 juta SCFD (Standard Cubic Feet Day) untuk jangka waktu 20 tahun. 

Ladang gas tersebut terdiri dari empat (4) buah kluster gas dan kondensat, kemudian gas dan kondensat dikirim ke unit pengumpulan di Point "A" yang selanjutnya dikirim ke kilang LNG Arun dengan memakai pipa: Gas menggunakan pipa berdiameter 42 inch.Kondensat menggunakan pipa berdiameter 16 inch. LPG propana menggunakan pipa berdiameter 20 inch. Kilang LNG Arun di Blang Lancang meliputi daerah seluas 271 ha dengan panjang 1,7 km dan lebar 1,5 km serta dilangkapi dengan pelabuhan khusus pengangkut produksinya. Kilang LNG Arun dilengkapi dengan 2 buah pelabuhan LNG untuk pengiriman produksinya ke negara pembeli, sedangkan untuk pengiriman kondensat dilengkapi dengan 2 buah sarana pemuat, yaitu Single Point Mooring (SPM) dan Multi Buoy Mooring (MBM). Produk condensate diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Singapura, Amerika, Australia, Perancis dan Selandia Baru.
 
Pembangunan kilang LPG dimulai pada tanggal 24 Februari 1987, berdasarkan kontrak yang disepakati oleh PERTAMINA dan JGC Corporated sebagai kontraktor utama, dibawah pengawasan PLLP (PERTAMINA LNG-LPG Project). Lokasi pembangunannya berdam-pingan dengan kilang LNG terdahulu. Pembangunan dilakukan dalam tiga tahap. Pembangunan pertama dimulai pada Februari 1987 dan selesai pada Juni 1988. Tahap kedua selesai Oktober 1988 dan tahap ketiga selesai pada Desember 1988 dan pengapalan perdana produk LPG pada tanggal 2 Agustus 1988 ke negara Jepang.Tahun 1998, sesuai dengan kontraknya, produksi LPG dihentikan, tapi kilangnya tetap beroperasi untuk menjaga keseimbangan komposisi feed gas yang akan dicairkan di Unit 4X.Seiring waktu dan berkurangnya cadangan gas alam di point-A, EMOI kembali menemukan cadangan gas di lepas pantai, yang disebut dengan North Sumatera Offshore (NSO). 
 
Hadirnya PT. Arun di kota lhokseumawe menjadi bukti bahwasannya sebelum lhokseumawe menjadi sebuah kota dengan penduduk yang mulai mengerti tentang pendidikan, dulunya lhokseumawe telah menjadi daerah dengan peradaban manusia masa lalu yang kompleks. Adanya PT. Arun menjadi bukti bahwasaanya energi fosil alam yang telah membentuk sedemikian rupa yang sangat melimpah hasilnya.
 
 
Penulis : Mistariani
Mahasiswa Ilmu Komunikasi ( Public Relations )
Universitas Malikussaleh - ACEH
Relawan di Komunitas Turun Tangan Lhokseumawe
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar