Arun NGL dan Warisan Alam Lhokseumawe
( Suasana PT. Arun NGL pada sore menjelang malam hari )
Lhokseumaweheritage.com : PT
Arun NLG yang terletak di Blang Lancang Kota Lhokseumawe, pada 24
Oktober 1971, gas alam yang terkandung di bawah Gampong (desa) Arun
ditemukan dengan perkiraan cadangan mencapai 17,1 trilyun kaki kubik. Seluruh
masyarakat Aceh juga mengetahui bahwa PT Arun tersebut merupakan
perusahaan gas raksasa di Aceh, namun mereka tidak tau bahwa PT Arun
juga memeras seluruh isi bumi baik gas, kondensat, sulfur, mercury dan
lain lain. Hari
itu merupakan hari ke-73 sejak uji eksplorasi yang dipimpin Bob Graves,
pimpinan eksplorasi Mobil Oil di Aceh, dimulai. Pada tahun 1972
ditemukan sumber gas alam lepas pantai di ladang North Sumatra Offshore
(NSO) yang terletak di Selat Malaka pada jarak sekitar 107,6 km dari
kilang PT Arun di Blang Lancang.
Selanjutnya
pada tahun 1998 dilakukan pembangunan proyek NSO “A” yang diliputi unit
pengolahan gas untuk fasilitas lepas pantai (offshore) dan di PT Arun.
Fasilitas ini dibangun untuk mengolah 450 MMSCFD gas alam dari lepas
pantai sebagai tambahan bahan baku gas alam dari ladang arun di
Lhoksukon yang semakin berkurang. Tanggal 16 Maret 1974, PT Arun
didirikan sebagai perusahaan operator. Kandungan
gas mencapai 17,1 trilyun kaki kubik dengan tekanan 499 kg/cm, suhu 177
°C, dan ketebalan 300 meter. Jumlah tersebut diperkirakan akan dapat
mensuplai enam unit dapur pengolahan (train) dengan kapasitas masing
masing 300 juta SCFD (Standard Cubic Feet Day) untuk jangka waktu 20
tahun.
Ladang
gas tersebut terdiri dari empat (4) buah kluster gas dan kondensat,
kemudian gas dan kondensat dikirim ke unit pengumpulan di Point "A" yang
selanjutnya dikirim ke kilang LNG Arun dengan memakai pipa: Gas
menggunakan pipa berdiameter 42 inch.Kondensat
menggunakan pipa berdiameter 16 inch. LPG propana menggunakan pipa
berdiameter 20 inch. Kilang LNG Arun di Blang Lancang meliputi daerah
seluas 271 ha dengan panjang 1,7 km dan lebar 1,5 km serta dilangkapi
dengan pelabuhan khusus pengangkut produksinya.
Kilang
LNG Arun dilengkapi dengan 2 buah pelabuhan LNG untuk pengiriman
produksinya ke negara pembeli, sedangkan untuk pengiriman kondensat
dilengkapi dengan 2 buah sarana pemuat, yaitu Single Point Mooring (SPM)
dan Multi Buoy Mooring (MBM). Produk condensate diekspor ke berbagai
negara seperti Jepang, Singapura, Amerika, Australia, Perancis dan
Selandia Baru.
Pembangunan
kilang LPG dimulai pada tanggal 24 Februari 1987, berdasarkan kontrak
yang disepakati oleh PERTAMINA dan JGC Corporated sebagai kontraktor
utama, dibawah pengawasan PLLP (PERTAMINA LNG-LPG Project). Lokasi
pembangunannya berdam-pingan dengan kilang LNG terdahulu. Pembangunan
dilakukan dalam tiga tahap. Pembangunan pertama dimulai pada Februari
1987 dan selesai pada Juni 1988. Tahap kedua selesai Oktober 1988 dan
tahap ketiga selesai pada Desember 1988 dan pengapalan perdana produk
LPG pada tanggal 2 Agustus 1988 ke negara Jepang.Tahun
1998, sesuai dengan kontraknya, produksi LPG dihentikan, tapi kilangnya
tetap beroperasi untuk menjaga keseimbangan komposisi feed gas yang
akan dicairkan di Unit 4X.Seiring
waktu dan berkurangnya cadangan gas alam di point-A, EMOI kembali
menemukan cadangan gas di lepas pantai, yang disebut dengan North
Sumatera Offshore (NSO).
Hadirnya PT. Arun di kota lhokseumawe menjadi bukti bahwasannya sebelum lhokseumawe menjadi sebuah kota dengan penduduk yang mulai mengerti tentang pendidikan, dulunya lhokseumawe telah menjadi daerah dengan peradaban manusia masa lalu yang kompleks. Adanya PT. Arun menjadi bukti bahwasaanya energi fosil alam yang telah membentuk sedemikian rupa yang sangat melimpah hasilnya.
Penulis : Mistariani
Mahasiswa Ilmu Komunikasi ( Public Relations )
Universitas Malikussaleh - ACEH
Relawan di Komunitas Turun Tangan Lhokseumawe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar